Sabtu, 06 Oktober 2012

Peristiwa 10 November 1945,Dalam Lukisan Karya:Sochieb

AREK “BENTENG KOTA” SURABAYA DALAM KARYA M. SOCHIEB
Penulis: Nanang Purwono
Di antara para pelukis, khususnya asal Surabaya, M. Sochieb adalah sosok pelukis yang sangat identik dengan peristiwa kepahlawanan 10 Nopember. Selain sebagai pelaku sejarah dalam peristiwa pertempuran Surabaya, corak lukisannya sangat naturalis sehingga dirinya mampu memvisualkan kisah-kisah pertempuran Surabaya. Melalui karya-karyanya, kita diajak mengenal serangkaian peristiwa heroik ketika pemuda-pemuda Surabaya (arek-arek Suroboyo) rela mengorbankan jiwa dan ‘raganya’ untuk melindungi kedaulatan bangsa dan kemerdekaan yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. M. Sochieb lahir di Surabaya pada 1931 dan ketika pecah perang di Surabaya tahun 1945, dirinya masih tergolong remaja. Usianya baru 14 tahun.
Darah muda yang mengalir seiring dengan gejolak denyut nadi bangsanya membuat Sochieb bersatu dalam barisan rakyat. Bersama rakyat Surabaya, ia pun menyingsingkan lengan baju untuk negara. Dari berbagai kesaksian itulah, ia mencoba memvisualkan kisah pertempuran Surabaya melalui karya seninya. Sesungguhnya arek Suroboyo ini mulai belajar melukis di usia 31 tahun. Mungkin dalam hati Sochieb, tak ada kata terlambat untuk belajar termasuk belajar melukis. Ketika itu ia belajar melukis dari pelukis Surabaya INDRA HADI KUSUMA. Dengan berbekal semangat belajar yang besar dan tujuan yang mulia, ia pun tumbuh menjadi seorang pelukis yang handal. Melalui aliran lukisannya yang naturalis, Sochieb memvisualkan berbagai peristiwa pertempuran yang terjadi di kota Surabaya dengan indahnya.
Tahun 1965 ia mulai pameran di Jakarta bersama para pelukis Jawa Timur dan sejak tahun 1970 ia pun secara rutin menyelenggarakan pameran lukisan setiap tanggal 10 Nopember di Surabaya dan Jakarta. Tujuannya menyelenggarakan pameran lukisan setiap 10 Nopember di Surabaya dan Jakarta. Tujuannya untuk memperingati hari Pahlawan dan berbagi informasi kepada generasi penerus bangsa.
Beberapa reproduksi karya Sochieb sebagai gambaran betapa arek-arek Suroboyo itu telah rela berkorban sebagai benteng kota demi kedaulatan bangsa dan kemerdekaan yang telah diraihnya. Berikut kisah arek “benteng kota” Suroboyo dalam lukisan karya M. Sochieb yanag dikutip dari sumber “Peristiwa 10 November 1945 Dalam Lukisan”.
INSIDEN BENDERA
Banteng-banteng Surabaya dengan dada sebagai tameng rela berkorban demi tegaknya kedaulatan bangsa. Mereka pun berani memanjat menara hotel demi berkibarnya Merah-Putih. (Karya: Sochieb, melacak jejak tembok kota SOERABAIA. hlm. 116)
SEMANGAT MENGABDI
Tetes air mata dan doa tulus bunda adalah bekal semangat dan tekad baja. Kami bangkit mengayun langkah pasti, membuka dada menyerahkan jiwa dan raga bagi ibu pertiwi. (Karya: Sochieb, melacak jejak tembok kota SOERABAIA. hlm. 120)
GAGAH BERANI
Berperang tanpa strategi adalah kesia-siaan. Mati tanpa arti. Kami sadar akan kekuatan sendiri. Menyergap musuh, merebut benteng.
(Karya: Sochieb, melacak jejak tembok kota SOERABAIA. hlm. 121)
JALAN MENUJU DAMAI
Perang telah menelan nilai-nilai kemanusiaan, kehancuran, kesengsaraan dan kematian. Meski semua tiada sia-sia namun, demi hak tanah merdeka, masih ada syarat tanpa pengurbanan, yakni :”Jalan Damai”
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...